Suasana di Yayasan Indonesia Mulia sangat meriah pada hari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Anak-anak yatim dan masyarakat sekitar berkumpul dengan penuh antusiasme, bersiap menyambut acara spesial yang akan segera dimulai. Di sudut panggung, ada Kak Mul dan bonekanya, Beben, yang sudah siap untuk berbagi cerita.
Ketika acara dibuka dengan lantunan shalawat yang syahdu, hati semua orang menjadi tenang dan damai. Setelah itu, MC acara memanggil Kak Mul dan Beben untuk naik ke panggung. Tepuk tangan meriah pun menyambut mereka.
“Assalamualaikum, adik-adik semua!” sapa Kak Mul dengan senyum hangat.
“Waalaikumussalam!” jawab anak-anak dengan serempak, tak sabar menanti cerita yang akan disampaikan.
“Pada kesempatan yang penuh berkah ini, Kak Mul dan Beben akan menceritakan kisah luar biasa tentang Nabi Muhammad SAW, orang paling mulia yang pernah ada di dunia ini. Kalian semua pasti sudah tidak sabar, kan?” tanya Kak Mul.
Beben yang duduk di pangkuan Kak Mul langsung mengangkat tangannya dan berkata, “Adik-adik, kalian tahu tidak? Nabi Muhammad itu sangat sayang kepada anak-anak seperti kalian! Yuk, kita dengar kisahnya bersama-sama!”
Anak-anak pun tertawa kecil melihat gaya lucu Beben, membuat suasana semakin hangat.
Kak Mul mulai bercerita. “Nabi Muhammad SAW lahir di Kota Mekkah, di tengah keluarga yang sederhana. Sejak kecil, beliau sudah dikenal dengan kejujuran dan kebaikan hatinya. Bahkan sebelum beliau diangkat menjadi nabi, orang-orang sudah sangat percaya padanya. Apa kalian tahu, beliau diberi gelar ‘Al-Amin’, yang artinya orang yang dapat dipercaya.”
Beben langsung menambahkan, “Iya, adik-adik! Nabi Muhammad SAW tidak pernah berbohong, selalu menepati janji, dan sangat peduli pada orang lain. Kalian mau kan mencontoh beliau?”
Anak-anak mengangguk semangat. “Mau!”
Kak Mul melanjutkan, “Ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun, beliau sering menyendiri di Gua Hira untuk merenung. Di sana, Malaikat Jibril datang membawa wahyu pertama dari Allah SWT. Dari situlah beliau mulai menyebarkan ajaran Islam, mengajarkan tentang kasih sayang, kejujuran, dan bagaimana kita harus selalu berbuat baik kepada sesama.”
Salah satu anak mengangkat tangan dan bertanya, “Kak Mul, apa Nabi Muhammad pernah marah?”
Kak Mul tersenyum. “Itu pertanyaan yang bagus sekali! Nabi Muhammad sangat jarang marah, bahkan ketika beliau disakiti. Suatu hari, ada seorang nenek tua yang selalu melempari beliau dengan sampah setiap kali beliau lewat di depan rumahnya. Tapi Nabi Muhammad tidak pernah marah, malah beliau selalu mendoakan nenek itu. Suatu hari, nenek itu sakit, dan Nabi Muhammad datang menengoknya. Nenek itu terharu dan akhirnya sadar akan kebaikan hati Nabi.”
Beben, dengan gaya jenakanya, berkata, “Nah, adik-adik, kalau kita disakiti, jangan marah ya! Contoh Nabi Muhammad yang selalu sabar dan baik hati!”
Anak-anak pun tertawa kecil mendengar Beben berbicara. Mereka terpesona oleh kisah Nabi yang begitu mulia.
Kak Mul melanjutkan, “Nabi Muhammad juga sangat mencintai anak-anak. Beliau selalu menyayangi mereka, mengajarkan mereka dengan lembut, dan bahkan suka bermain dengan mereka. Jadi, kita semua harus saling menyayangi dan selalu bersikap baik, ya.”
Di akhir cerita, Kak Mul berkata, “Maulid Nabi adalah waktu yang tepat untuk merenungkan bagaimana kita bisa mencontoh sifat-sifat baik Nabi Muhammad. Yuk, kita jadikan beliau sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari!”
Beben pun mengakhiri dengan semangat, “Ayo kita semua mencontoh Nabi Muhammad! Kalau kita berbuat baik, kita akan disayang Allah!”
Acara pun ditutup dengan lantunan shalawat yang menggetarkan hati. Anak-anak dan para hadirin merasakan kebahagiaan serta kedamaian yang luar biasa setelah mendengar kisah penuh hikmah dari Kak Mul dan Beben. Mereka pulang dengan semangat untuk meneladani sifat-sifat mulia Nabi Muhammad SAW, sementara Yayasan Indonesia Mulia tetap menjadi tempat penuh kasih sayang dan pembelajaran bagi semua.